[M][Closed]Tending The Sick

Octavia menjadi panik karena Arisu tiba-tiba saja jatuh lemas di atas kasur dengan nafasnya yang tersenggal-senggal. Ia mencoba menggoncangkan tubuh Arisu dan memanggil namanya berulang-ulang.

"Arisu! Arisu!" panggilnya

Quote :

"Arisu! Arisu!"

Gadis bergelas violet itu mendengar suara yang amat tidak asing untuk didengar olehnya. Ia berusaha menatap Octavia. Perlahan, Arisu mencoba bangkit dan mengubah posisinya menjadi terduduk. Namun ia tak sanggup lagi. Tatapan matanya masih kosong. Meski napasnya sudah tak memburu lagi seperti tadi, cairan itu juga berhenti keluar. Sepertinya ia tak sadarkan diri. Gadis bergelas violet itu mencoba menjawab panggilan itu namun Arisu tak mampu melakukannya.

Bekali-kali Octavia memanggilnya pun, Arisu tidak menjawabnya. Ia kemudian mengamati keadaan Arisu, walau matanya terbuka, tampaknya ia pingsan.

"Tubuhmu lemah ya..." gumamnya

Arisu yang dalam keadaan pingsan itu mulai tenggelam dalam kegelapan. Tak ada yang dapat ia lakukan. Meski tatapan matanya masih kosong, ia mulai bergerak. Menatap Octavia yang ada dihadapannya, lalu segera memeluk Octavia dengan erat. Entah kenapa, tak ada alasan untuk ini sampai si PM bingung sama bocah satu ini.

"Hng... Ibu...." igaunya.

Quote :

"Hng... Ibu...."

"I-ibu?" Octavia kebingungan

Tapi, ia tahu tampaknya Arisu sedang memimpikan ibunya. Ia pun memeluk balik lembut Arisu dan mencium kepalanya.

"Ya, Arisu?" jawabnya

Quote :

"Ya, Arisu?"

Arisu senang saat 'ibu' yang ada dihadapannya membalas pelukan itu. Dengan terbata dan senyum kanak-kanak, ia mulai berkata.

"Hehe... Ibu jangan tinggalkan aku yah.. A-chan nggak mau sama ayah.. Ayah menyeramkan..." katanya lagi.

Quote :

"Hehe... Ibu jangan tinggalkan aku yah.. A-chan nggak mau sama ayah.. Ayah menyeramkan..."

"Ayah?? Ayahnya Arisu... sebenarnya kenapa ya?" batinnya dalam hati. Octavia tidak pernah mendengar cerita keluarga Arisu bahkan dari Arisu sendiri. Ia juga tidak terlalu ingin mengetahuinya.

"Ya... Ibu akan selalu ada di sini kok." Balas Octavia sambil tersenyum

Meski tidak menyadari bahwa orang yang ada dihadapannya bukan sang 'Ibunda', namun Arisu yang tidak sadarkan diri itu tetap saja memanggilnya 'Ibu'. Masih memeluk Octavia, tiba-tiba airmatanya mengalir.

"Hiks... Ibu jangan bohong... Arisu kan nggak mau ketemu ayah... Kok waktu itu ibu malah pergi tinggalkan A-chan?" katanya sambil terisak di pelukan itu.

Quote :

"Hiks... Ibu jangan bohong... Arisu kan nggak mau ketemu ayah... Kok waktu itu ibu malah pergi tinggalkan A-chan?"

Octavia kaget melihat Arisu tiba-tiba menangis. Sosok di depannya itu tampak begitu rapuh dan lemah. Tak seperti Arisu yang ia kenal biasanya. Ia menyeka air mata Arisu.

"Aku tidak akan kemana-mana lagi... Gomen ne waktu itu aku meninggalkanmu. Kali ini... aku akan selalu disampingmu... Arisu..." Octavia mencium pipi Arisu

Quote :

"Aku tidak akan kemana-mana lagi... Gomen ne waktu itu aku meninggalkanmu. Kali ini... aku akan selalu disampingmu... Arisu..."

Arisu hanya dapat terisak sekarang. Ketakutan menyelimuti dirinya, kehampaan mulai menghantui diri Arisu. Bayang-bayang kenangan pahit mulai bermunculan. Ia kembali menangis.

"Janji yah... Kalau nggak aku marah loh..." kata Arisu dengan polos.

Quote :

"Janji yah... Kalau nggak aku marah loh..."

Octavia tersenyum.

"Janji kok... makanya, jangan nangis lagi ya??" Ucapnya

Walau ia bukan ibu Arisu, ia ingin sedikit meringankan beban kesedihan Arisu. Walaupun janji ini adalah janji yang dibuat tanpa kesadaran Arisu.

Quote :

"Janji kok... makanya, jangan nangis lagi ya??"

Senyum manis yang kekanak-kanakan mulai mengembang dibibirnya, matanya yang berwarna hijau tampak berbinar-binar seperti anak kecil yang sedang menemukan hal baru.

"Iya! Aku janji...nggak akan...na...ngis...." perkataannya mulai terhenti. Arisu mendadak kembali pingsan dalam sesaat. Mungkin saja ia akan sadar.

Tampaknya Arisu pingsan lagi. Octavia hanya menatapi sosok mungil kekasihnya yang sedang tertidur itu sambil tersenyum kecil. Ia mengelus-elus rambut Arisu dan memeluknya seperti seorang ibu yang sedang mengurus anaknya.

"Arisu..." gumamnya

Merasa nyaman dipeluk oleh Octavia, Arisu mulai membalas pelukan itu dan agak menggeliat seperti anak kucing. Kepalanya ia dekatkan di perut Octavia.

"ngg~" igaunya (lagi).

Octavia Tertawa gara-gara Arisu menggeliat-menggeliat seperti kucing itu. Sangking imutnya, ia sampai gemas sendiri dan malah mencubit pipi Arisu.

"K-kawaiii~~ X3" ujarnya

Arisu tak peduli seberapa sering Octavia mencubit pipinya. Ia malah tertawa kecil alias ngigau lagi karena mimpi indahnya. Di dalam mimpi itu, orang yang mencubit pipinya bukanlah octavia, melainkan Jack (lagi).

"Ahahaha~ Jack-kun~ Geli tauu~" igaunya lagi. PM: Sabar ya, octavia.. *tepuk2 pundak octavia* *dihajar karena mengganggu RP*

Quote :

"Ahahaha~ Jack-kun~ Geli tauu~"

Deg!

Nama yang dibenci Octavia keluar lagi dari mulut Arisu. Tiba-tiba hati Octavia menjadi Sakit kembali. Ia hanya tersenyum lemah lalu turun dari tempat tidur dan menyelimui Arisu dengan selimut agar tidak kedinginan.

Sedangkan Octavia, ia memakai bajunya kembali dan duduk dibawah sambil memeluk kedua kakinya dan memendamkan wajahnya.

"Sial..." gumamnya

Arisu terus saja mengigau hal yang aneh-aneh. Mulai dari 'nyaa... laparr...' atau 'waai~ waai~' bahkan sampai tertawa sendiri. Entah apa yang dimimpikan Arisu sampai-sampai si PM gak mau jelasin mimpinya gara-gara jatuh sakit ketawa ngakak stadium 4 *plak*. Namun, kali ini ia lebih tenang daripada sebelumnya. Ia membuka matanya, seperti yang kita ketahui. Gadis ini setengah terbangun dan setengah tertidur. Perlahan gadis ini beranjak dari kasur, memakai pakaiannya kembali. Dilirik Octavia yang tengah terduduk dilantai. Setengah sadar memang, Arisu turut duduk disamping Octavia sambil menggenggam handphonenya.

"Ada apa?" katanya.

Quote :

"Ada apa?"

Octavia menoleh, terlihat sosok Arisu di sempingnya. Ia menghiraukannya dan memendamkan wajahnya lagi.

"Tidak apa..." Jawabnya tanpa melihat Arisu

"Bohong..." ujarnya pelan.

Arisu hanya menyandarkan kepalanya di bahu Octavia. Ia mulai mengutak-atik HP miliknya dan terus melanjutkan perkataannya.

"Kalau ada apa-apa, bilang dong..."

Quote :

"Kalau ada apa-apa, bilang dong..."

Octavia hanya menggelengkan kepalanya walau wajahnya mashi dipendamkannya. Tanpa sepengatahuan Arisu, Octavia mulai menitikkan airmata.

Arisu tak tahu apa yang terjadi dengan Octavia. Namun sepertinya ialah yang berbuat salah. Maka dari itu, Arisu merasa sakit dadanya. Sambil menundukkan kepalanya, Arisu beranjak dari duduknya.

"Maaf, sepertinya kau benci padaku ya.. Maaf, mungkin aku memang tak pantas untukmu..." ujarnya pelan.

Quote :

"Maaf, sepertinya kau benci padaku ya.. Maaf, mungkin aku memang tak pantas untukmu..."

Bukan maksud Octavia membuat Arisu berpikir seperti itu. "sial! sial sial sial! Bukan begini harusnya!" Ujarnya kesal dalam hati. Ia pun juga beranjak dari posisinya dan menggenggam tangan Arisu.

"Bukan Arisu!! bukan begitu!!" Ujarnya dengan muka yang masih tampak sisa dari ia menangis tadi

"Maaf... maafkan aku..." Ia mulai terisak nangis lagi

Quote :

"Bukan Arisu!! bukan begitu!!" Ujarnya dengan muka yang masih tampak sisa dari ia menangis tadi

"Maaf... maafkan aku..."

Arisu melihat sisa airmata di wajah Octavia, dan sekarang kekasihnya menangis lagi. Ia benar-benar kejam, membuat kekasih yang paling ia sayangi harus menangis. Namun, apakah yang harus ia perbuat lagi? Octavia sudah tahu bagaimana perasaan cinta yang tak terbalaskannya kepada Jacob. Lantas sekarang apakah ia berguna dimata Octavia?

"Ta-tapi... Ah.. Sudahlah, jangan menangis lagi..." wajahnya yang masih tertutup poni itu perlahan menghapus airmata Octavia. Arisu mencoba memeluknya namun ia tak bisa.

"Kau tak perlu minta maaf padaku... Akulah yang harus minta maaf. Lagipula ini sebuah fakta bahwa aku tak pantas menjadi milikmu..." ujarnya dengan nada lirih dan menyesal.

Quote :

"Kau tak perlu minta maaf padaku... Akulah yang harus minta maaf. Lagipula ini sebuah fakta bahwa aku tak pantas menjadi milikmu..."

"Jangan!!" Octavia menarik lengan baju Arisu

Mukanya memelas. Ia tidak ingin ditinggal oleh Arisu. "Jangan pergi..." Ia memendamkan wajahnya ke dada Arisu.

"Tetaplah disini... aku tidak ingin sendiri lagi...." Ia terus memegang erat lengan baju Arisu seakan-akan tidak membiarkannya pergi.