[M][Closed]Tending The Sick

Lokasi = Dorm, 5th Floor, Luxury Room

Tiime: 21.00

Status: Closed (only for Octavia & Arisu)

Sistem In/out berlaku
========================

Arisu yang tiba-tiba jatuh sakit membuat Octavia menjadi panik. Ia merasa bersalah karena mengajaknya untuk mengantarnya mengambil bukunya yang ketinggalan sehingga jatuh sakit.

Dengan tenaga yang masih ada, Octavia menggendong Arisu ala bridal Style menuju ke kamar mereka. Sesampainya disana, ia pun membaringkan Arisu di tempat tidurnya sementara ia mencari obat penurun demam.

"Tunggu sebentar ya, Arisu." Ujarnya panik

Quote :

"Tunggu sebentar ya, Arisu."

Arisu yang mendengar suara itu segera menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Nafasnya mulai terengah-engah, dan sepertinya demamnya sudah agak reda dari yang sebelumnya. Dilihat ke segala ruangan, rupanya Octavia telah membawanya ke kamar mereka. Ia memegangi dahinya dengan tangan kanannya. Masih hangat, gumamnya.

"Ngh....." Arisu mencoba untuk tidur, namun matanya sulit untuk dipejamkan. Ia mengubah posisinya setengah terduduk.

Octavia beranjak ke lemari kecil berisi obat-obatan. Akhirnya, ia pun menemukan obat pereda demam itu. Ia bawa obat itu beserta segelas air.

Sekembalinya, ia melihat Arisu sedang mencoba duduk. Ia taruh obat dan gelas air itu di meja kecil sebelah tempat tidur.

"Arisu, jangan paksakan diri." Ujarnya sambil membantu Arisu duduk

"Ini....minumlah." Ia memberikan obat itu dan segelas air

Arisu menoleh kearah obat demam itu. Ia benci sekali dengan obat. Dengan tangan gemetar ia meraih air itu, sengaja ia banting kuat-kuat hingga pecah.

PRANG!

Arisu langsung gemetar, ia meringkuk di tempat tidur.
"aku tak suka obat...." katanya dengan suara parau.

Octavia sangat terkejut ketika Arisu tiba-tiba membanting dan membuang obat dan segelas air yang ia berikan hingga pecah. Ia menghela nafas panjang.

"Kalau begitu terus, nanti tidak bisa sembuh lho." Ucapnya

Octavia pun membereskan pecahan gelas itu. Setelah itu ia mengambil satu obat demam lagi tapi kali ini ia masukan ke mulutnya bersama sedikit air putih dan meminumkannya ke Arisu melalui sebuah ciuman.

Arisu yang dipaksakan untuk minum itu segera tertegun dan berusaha memberontak namun tak ada tenaga. Sayangnya obat itu telah diminum olehnya.

"hh...hh...hh..." mendadak pandangannya kembali buyar dan ia jatuh pingsan, tepatnya tertidur.

Karena tak ada tenaga, Arisu pun terpaksa meminum obat itu. Tapi, tiba-tiba saja ia jatuh pingsan atau tertidur mungkin. Octavia agak terkejut, tapi mungkin hal ini dikarenakan efek obat.

Ia berbaring di sampingnya sambil mengelus kepala Arisu

"Istirahatlah..." Katanya dengan nada pelan

"Ne, ne.. Jack-kun.. Kalau kita dewasa nanti.. Ayo kita...." belum Arisu menyelesaikan kalimatnya, Jack telah memotong terlebih dahulu.

"Kita apa? Menikah?" Jack mengangkat dagu Arisu, dan mengusap pipinya. Arisu menjadi memerah karena itu.

"I-iya... Janji ya?" kata Arisu sambil memerah padam.

"Tentu.. Tunggulah 6 tahun lagi.." katanya. Ia melepas dagu Arisu lalu memandang keatas, ke langit.

"6 tahun? Janji ya!" ucap Arisu dengan antusias.

"Iya.. Aku janji..." Jack mengecup dahi Arisu dengan lembut, kemudian ia tersenyum.

Arisu masih terlelap dari mimpi yang diselimuti kenangannya. Mimpi indah itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah mimpi buruk baginya. Didalam mimpi itu, Arisu melihat Jacob sedang mengendarai motor, tiba-tiba Jack tertabrak oleh sebuah mobil yang melintas dengan cepat. Lantas, hal ini membuat Arisu terbangun.

"JACOB!!" Arisu tiba-tiba bangun mendadak dari tidurnya. Ia menangis...

Octavia terkejut saat Arisu tiba-tiba terbangun dan meneriakkan nama seseorang yang ia tak kenal. Tampaknya nama seorang lelaki. "Jacob? siapa?..." batinnya.

Tanpa memperdulikan pikirannya itu, ia menyeka air mata Arisu. "Kau mimpi buruk, Arisu?" Tanyanya

Arisu tak mempedulikan Octavia sedikitpun. Ia memegangi kepalanya yang masih pusing, tak bisa menahan airmatanya lagi akhirnya ia menangis kembali.

"Kenapa...kenapa dia harus pergi...?" perkataannya mulai tak jelas. Dibenaknya sekarang hanya Jacob aka Jack, mantan kekasihnya.

Quote :

"Kenapa...kenapa dia harus pergi...?"

"Dia?...Jacob? Jadi..." Batinnya. Octavia mulai berpikir yang aneh-aneh bahwa mungkin Arisu mempunyai orang lain yang disukainya dan ia hanya terpaksa mau menjadi kekasih dirinya karena kasihan. Dadanya mulai terasa sakit.

"A-Arisu?" Panggilnya dengan suara yang agak bergetar "K-kau tidak apa?" Tanyanya khawatir mencoba menghilangkan pikiran-pikiran aneh dalam benaknya.

Quote :

"A-Arisu?" Panggilnya dengan suara yang agak bergetar "K-kau tidak apa?" Tanyanya khawatir mencoba menghilangkan pikiran-pikiran aneh dalam benaknya.

Arisu menoleh kearah Octavia, dilihat gadis itu mulai khawatir dengan keadaan dirinya. Ataukah ada hal lain yang membuat gadis itu sampai ia terlihat shock dan khawatir? Arisu masih tidak ingin menunjukkan senyumannya sedikitpun. Dengan tatapan datar dan sendu, ia mulai angkat bicara.

"A-aku..." sebelum ia menyelesaikan pembicaraannya, tiba-tiba handphone Arisu bergetar dan bunyi. Sepertinya ada yang menelpon. Dilihatnya layar HP tersebut.. Ada nama penelpon disana, "Jacob Klysierr". Mimik wajahnya masih tak berubah, ragu untuk mengangkatnya lagi-lagi Arisu meluapkan rasa kekesalannya dengan melempar HP tersebut ke tembok. Ia kemudian kembali meringkuk di tempat tidur.

Lagi-lagi Arisu melakukan hal yang aneh. Ia tiba-tiba melempar HPnya itu ke tembok saat ada sebuah panggilan masuk entah dari siapa.

"Arisu?! Kau sebenarnya kenapa?" Octavia tambah Khawatir

Setelah Arisu meneriakkan nama Jacob tadi, ia mulai bersikap aneh. Mulai dari menangis hingga melempar HPnya seperti itu.

Quote :

"Arisu?! Kau sebenarnya kenapa?"

Arisu masih tidak ingin bergeming. Tatapan matanya mendadak kosong, tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Mengingatnya Arisu menjadi stress dan depresi. Arisu mulai menyembunyikan wajahnya, beberapa saat kemudian ia mulai berani menunjukkan senyuman.

"Aku tak apa-apa kok..." ia berusaha tersenyum manis, dan usahanya berhasil. Meski dihatinya masih ada beribu-ribu kata-kata kebencian yang ingin diucapkan dan ingin dilampiaskan oleh pemuda yang telah melupakan kisah cinta mereka.

Oke, sekarang Octavia benar-benar ketakutan. Arisu yang tadinya begitu muram tiba-tiba saja tersenyum manis dan bilang bahwa ia tidak apa-apa. Tentu saja hal ini mendatangkan rasa takut pada Octavia.

"B-begitu? T-t-tapi, tadi... H-Hpmu.." Ucapnya dengan gugup

Quote :

"B-begitu? T-t-tapi, tadi... H-Hpmu.."

Arisu melihat Octavia yang gugup. Ia hanya menghela napas dan berusaha melupakan apa yang terjadi. Perlahan Arisu mendekatkan wajahnya pada Octavia, kemudian ia memberi kecupan hangan dibibirnya.

"Aku tak apa... Kau tak perlu khawatir..." katanya.

Kecupan hangat yang diberikan Arisu membuat perasaan takutnya hilang.

Quote :

"Aku tak apa... Kau tak perlu khawatir..."

"Benarkah? Demammu?" Tanyanya

Walau begitu, perasaan ragu karena igauan Arisu tadi masih tersisa. Jacob... Sebuah nama yang dapat mengubah Arisu begitu banyak.

Quote :

"Benarkah? Demammu?"

Arisu menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin ia sudah agak baikan, namun itu hanya akal-akalannya saja. Ia sama-sekali belum sembuh dari penyakitnya. Dengan senyumnya, Arisu menjawabnya.

"Tentu... Aku tak apa-apa..." kata Arisu. Ia beranjak dari tempat tidur, kemudian mengambil HPnya kembali. Belum rusak, meski agak lecet sedikit. Dilihat layar HPnya, rupa-rupanya masih ada foto-foto kenangannya bersama Jack. Matanya sama sekali tak mau lepas dari layar itu.

"Jack...kun...." ucapnya tanpa sadar.

Quote :

"Jack...kun...."

Lagi-lagi nama itu terucap. Entah mengapa hati Octavia menjadi ngilu mendengarnya. Mata birunya kini menunjukkan kesedihan. Akhirnya, ia pun memberanikan diri untuk sedikit bertanya.

"Nee Arisu, Jack itu...siapa?" Tanyanya dengan senyum yang agak dipaksakan agar tidak ketahuan walau suaranya agak bergetar

Quote :

"Nee Arisu, Jack itu...siapa?"

Arisu tiba-tiba terjolak sedikit saat Octavia bertanya padanya. Rupanya lagi-lagi ia mengucapkan nama pemuda yang ingin dilupakan itu. Segera ia tersenyum untuk menutupi semua kebohongan itu. Sayangnya usahanya gagal untuk kali ini, sepertinya.

"Aaah.. Ti-tidak.. Bukan siapa-siapa kok.. Ahaha" katanya sambil tersenyum.

Quote :

"Aaah.. Ti-tidak.. Bukan siapa-siapa kok.. Ahaha"

"Benarkah?" Wajah Octavia menjadi serius "Soalnya....sejak tadi, kau terus menyebut namanya... dan lagi, setelah itu sikapmu berubah." Matanya lagi-lagi menunjukan kesedihan

Octavia sebenarnya tidak ingin mengetahuinya. Tapi, ia juga ingin tahu siapa dirinya bagi Arisu.

Quote :

"Benarkah?" Wajah Octavia menjadi serius "Soalnya....sejak tadi, kau terus menyebut namanya... dan lagi, setelah itu sikapmu berubah." Matanya lagi-lagi menunjukan kesedihan.

Akhirnya Arisu mengalah. Ia tak tahan dengan tatapan sedih Octavia. Ia kembali duduk ke tempat tidur, mendekati Octavia dan menyandarkan kepalanya yang mungil pada bahu Octavia.
"Ng... Dia hanya... kenangan lama..." katanya dengan nada pelan.

"Tapi kalau kau mau aku menjelaskannya, ya... Aku tak segan-segan menjelaskan..." lanjutnya lagi.

Octavia masih ragu. Hatinya berkata ia tidak ingin mengetahui tentang orang itu tapi keinginannya berkata lain.

Akhirnya, ia menganggukkan kepala "aku...ingin tahu." katanya walau agak ragu

"Tidak apa kalau aku tersakiti...paling tidak aku ingin lebih tahu tentangmu..." batinnya

Quote :

"aku...ingin tahu."

Arisu mulai memejamkan matanya, mencoba mengingat semua kejadian yang pernah terjadi. Memang berat untuk mengatakannya, namun menurutnya sudah saatnya.

"E-etto... Jadi... Jacob Klysierr atau Jack adalah temanku sejak SMP... Kami bertemu karena dulu dia tak sengaja memanjat pohon dan jatuh di depan halaman kamarku. Sejak itu, kami menjadi teman dekat. Mungkin bisa dibilang sangat dekat... Lama kelamaan timbul rasa suka diantara kami berdua. Lucunya, kami menyatakan perasaan itu secara bersama-sama.. Akhirnya kami menjadi sepasang kekasih..." katanya dengan pelan.

"Dia membuatku banyak berubah.. Membuatku tidak kesepian lagi, memberikan kebahagiaan dalam hidupku... Saat itu, aku merasa dialah segala-galanya... Karenanya, semua orang tidak lagi memandangku sebagai seorang mafia yang kejam. Jack itu adalah orang yang menderita, mungkin lebih menderita. Dia memberiku banyak pelajaran dalam hidup.. Karena itulah aku menyukainya..." lanjutnya.

"Orang yang hebat ya..." Komentarnya singkat

Octavia merasa kalah pada Jacob itu. Tapi, setidaknya ia mengetahui sebuah rahasia Arisu. Walau, ia merasa takut setelah mengetahuinya.

"Apa Arisu...masih menyukainya?" Tanyanya ragu